Sunday, April 17, 2011

MASIH UNTUK LELAKIKU

Masih teringat saat kau mengaku kau mencintainya, lelakiku.
Aku memang sudah hancur!
Tapi adakah alasan kuat bagiku untuk mempertahankanmu lagi?
Walau kau katakan itu semua hanyalah egomu semata.
Perasaan itu tidak egois,lelakiku.
Ia fitrah, suci dari Yang Kuasa, seperti perasaanku padamu hingga saat ini.
Bagaimana mungkin kau mengatakan itu hanya kekhilafan atas keegoisanmu?
Jangan lagi permainkan perasaan mulia itu!
Aku memang hancur, jauh sebelum kau mengakuinya.
Namun kala itu aku masih sanggup bertahan karena aku yakin kau juga memiliki rasa yang  sama sepertiku, hanya keadaan kita tidak seberuntung para pecinta lainnya.
Kau harus tau, aku masih saja bertahan saat itu, aku ingin membuktikan bahwa cintaku padamu tidak akan lekang oleh apapun.
Dan kau yang dulu mengajarkannya padaku.
Tapi kali ini aku benar-benar harus melangkah mundur karena ternyata rasamu bukan lagi hanya untukku, walau kepingan-kepingan itu telah utuh menjadi serbuk kini, tertiup sepoi angin entah kemana.
Aku tidak ingin membingungkanmu, lelakiku.
Aku akan membantu meyakinkan rasamu karena aku masih sangat mencintaimu hingga aku tak rela melihat sedikitpun peluh dan lara di wajahmu.
Aku harus melepaskanmu!
Beruntung rasa cintaku padamu masih luar biasa hebat dan tulus sehingga aku bisa mengalahkan amarah dan kebencianku.
Tapi kali ini kita memang tidak dijodohkan untuk bersama, masa yang akan datang pun masih samar-samar, buram.
Hanya berharap yang terbaik dari sang pencipta.
Aku berjanji akan menjaga rasa ini seperti bintang yang tak pernah lelah temani sang rembulan bersinar sendirian, walau terkadang redup langit malam menghalanginya.
Hingga kelak jika tuhan berkenan meletakkan tanganNya di keningmu dan keningku, Dia pasti akan mempertemukan kita dengan cara yang indah, 
karena tuhan tidak pernah ingkar janji, amin.

Thursday, April 14, 2011

UNTUK LELAKIKU

Ini bukan soal rasa takut kehilangan, karena aku tau semua yang ada akan tiada sesuai kehendak-Nya.
Tapi ini soal rasa sakit atas sebuah pengkhianatan, ya, aku menyebutnya pengkhianatan yang dilakukan untuk kesekian kali atas suatu ketulusan dan kesetiaan.
Aku bisa menerimanya jika itu adalah suatu pembalasan.
Bolehkah aku tau pembalasan untuk apa?
Bagaimana mungkin kau tega membalas sesuatu yang tidak pernah aku lakukan?
Bagaimana mungkin kau tega mendua sedang kau yang mengajarkanku arti sebuah kesetiaan?
Aku terus menjaganya hingga saat itu, hingga saat di mana gemuruh hati benar-benar mulai berkecamuk memuncak 'karena itu', karena suatu pengkhianatan itu, sakit, perih!
Bahkan hampir hilang ruh ini, hilang tanpa arah.
Tapi bersyukur karena tanganku masih mampu menenangkan hati ini, mengusap-nya pelan namun terasa sedikit damai.

Kau tau, karenamu aku berusaha menjadi manusia yang baik dan berguna,
karenamu aku mengeri apa arti kesetiaan dan ketulusan,
karenamu aku menikmati dan memahami arti perjuangan dan pengorbanan,
karenamu aku menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan walau keadaan memisahkan kita,
dan karenamu pula aku terjatuh, rapuh, merasakan kesakitan yang luar biasa hebatnya.
Kau tau kenapa?
Itu karena rasa cintaku padamu setiap hari tumbuh semakin besar.
Rasa sakit ini tidak mungkin aku alami dan rasakan jika aku hanya sekedar mengagumimu,
ini juga tidak mungkin terjadi jika aku tidak benar-benar mencintaimu.
Dan kau benar-benar telah berhasil menghancurkannya.

Kau yang telah menanamkan perasaan ini padaku, jika kau memang benar-benar sadar akan hal itu,
dan kau pula yang menjadikannya keping-keping rapuh yang teramat rapuh.
Aku sangat mencintaimu!
Tidakkah kau sadar itu?
Aku memang hanya seorang wanita yang cenderung ingkar, namun cinta ini tulus padamu.
Aku memang hanya seorang pelacur dunia, tapi tidakkah aku berhak atas suatu perasaan suci?

Sekali lagi ini bukan hanya soal rasa, tapi soal kesetiaan dan ketulusan.
Aku benci pengkhianatan, bahkan tuhan pun membencinya.
Aku berusaha memahami, tapi kau tidak!
Aku berusaha menjagamu karena kau selalu dapat meyakinkanku bahwa kau juga mencintaiku.
Tapi tuluskah itu?
Atau hanya sebuah kepuasan atas  keangkuhanmu?
Ingat lelakiku, di atas langit masih ada langit lain yang lebih tinggi.
Atau apakah mungkin karena kau tau cintaku padamu terlalu besar, lantas kau memasungku dalam perasaan itu?
Kau salah!
Aku memang mencintaimu, tapi aku lebih mencintai Tuhanku.
Entahlah, aku tidak pernah meragukanmu, tidak pula menyalahkanmu, hanya saja kau benar-benar telah menghancurkanku.

Monday, April 11, 2011

ANTOLOGIKU

Greatest inspired by Kahlil Gibran.


Marterpiece dan seorang puitis ini sangat memberikan inspirasi yg besar buat puisi2 karyaku ini. Ide penulisannya selalu diawali setelah selesai membaca karya2nya, so inspiring and touchy :) Berharap kegemaran 'masa laluku' yg doyan bikin puisi ini bisa muncul lagi, semoga.
Puisi2 di bawah ini jg udah lumayan lama, kelas 2 SMA dan berhenti sejak mulai kuliah. Jadi maklum klo ada beberapa yg kesannya berlebihan :D

BECAUSE OF YOU

if ever you wonder
if you touch my soul, yes you do
since i met you im not the same
you bring life in everything i do
just the way you say hello
with one touch, i can't let go
never thought i have fallen in love with you..


because of you my life has changed
thank you for the love and the joy you bring
because of you i feel no shame
i'll tell the world its because of you..

sometimes i get lonely
and all i got to do is think of you
you captured something inside of me
you made all my dreams come true
its not enough that you love me for me
you reach inside and touch me internally
i love you best explain how i feel for you


the magic in your eyes
true love i can't deny
when you hold me, i just loose control
i want you to know that i'm never letting go
you mean so much to me
i want the world to see
it's because of you..



#thankyouOWN :)

Saturday, April 9, 2011

CHANCE

I remember when first you teased me, you never let me be teased by another cause you would be mad.
I remember when you were idly bothering to get my attention,
when you spoke loudly so I could hear it,
when you asked for my new bracelet -eventhough I was so hard to give-,
when you were being naughty impolitely.
You were so annoying, really.
But my stupidness is really missing the moment and the way you were.

Do you remember when you hold my hand and pulled it in the crowd? 
My mind gave me a sign that something would happen ..
And yes it would!
You paused in silence and was unable to say anything when you looked into my eyes, you were so cute!
I love that face, the sheepish face :)

Do you remember so when you wishpered me, 'It's not ended yet' in the darkness?
I was surprised and ignored the words, cause I know that was impossible.
But deep in my heart, I was deeply happy ..
I fell for you dear ..
Wish I could rewind the moment.

Missing you,
I'm missing you when you called me 'syang',
when you saved me from the ugliness of the world,
when you said that I'm the one and the best one,
when you were mad because I've interested in drinking coffee,
when you were mad because I went to bed lately,
when you motivated me to be a good woman,
when you taught me to be brave facing the callenges, temptation, and the life.
Do you know?
I'm more falling for you, you whom I want.

I've never regreted for everything which has happened,
even it is laugh or crying,
happiness or sadness,
honesty or lie,
faithfulness or betrayal,
trust or doubt,
sincerity or just a game ..I've never blamed the situation ..
Once I'm happy to have you,
now I'm also happy to have known you even have to let you go.
I'm sorry because I belatedly realized that you were the best.
Blame them all on me,
I'm the mistaken.
Do I have a chance for the umteenth time?

*for you my own.
I say a little pray everytime so that you will belong to me someday beautifully, amiinn ..

Thursday, April 7, 2011

'TRAGEDI'

Sergapan masa lalu nan indah
Membuatku kembali ingin merangkul saat itu
Saat matamu bicara akan tulusnya hatimu
Saat senyummu mengajakku bersama mengitari kota
Saat rintik hujan menyejukkan malam yang berkilauan
Saat semua ragamu adalah milikku
Saat malam itu hanyalah untukku
Karena Kau ada bersamaku
Aku tau !
Dari balik bulu matamu yang halus
Dan gerai pendek rambutmu
Kau mencuri pandang padaku
Segaris senyum tertoreh dalam hatiku
Aku malu, tapi aku bahagia !
Alunan sendu musik mengiringi langkah kita malam itu
Kita bernyanyi bersama lagu yang aku dan Kau suka
Sadarkah Kau?
Lagu-lagu itu bercerita tentang kita
Tentang kisah kita
Yang masih terpaut antara nyata dan semu
Atau Kau memang sengaja memainkannya ?
Namun, jelaskan padaku apa maksudnya ?
Kisah ini nyata atau hanya semu belaka ?
Malam itu,
Kau sengaja membuang-buang waktu
Agar aku bisa sedikit lama bersamamu, bukan ?
Taukah Kau ?
Aku masih terus membayangkan malam itu
Bahkan aku menginginkannya terjadi kembali
Namun semua perlahan mati
Dan tenggelam dalam peliknya kenyataan !

Tuesday, April 5, 2011

KERLIP KECIL




M
alam kian kelam diselubungi awan hitam pekat tanpa pancaran sinar rembulan dan taburan cahaya bintang yang membentuk sungai kecil berbentuk gugusan indah. Iringan sepoi angin menimpa malam yang perlahan terus mengelam.

         Di selubung sunyinya malam, seorang gadis manis menengadahkan wajah sendunya ke atap bumi itu, rambut panjangnya yang lembut terurai indah oleh sepoinya hembusan angin malam, matanya berbinar menyilaukan cahaya yang begitu sendu, terlihat kerlip- kerlip cahaya itu mengalir di pipinya yang semakin sendu. Ia terus berusaha mengarahkan tatapannya ke seluruh sudut kelambu-kelambu malam, ia seolah berada dalam sebuah penantian. Menanti secerca harapan yang dapat memadamkan cahaya bening yang terus berkilauan di pipinya yang teduh.

            Penantian dan pencarian terus berlanjut hingga malam tak bersuara, hening, dan sepi. Anginpun semakin lembut hembusannya dan menembus dirinya yang mulai kalut.

       “Kumohon, hadirlah di hadapanku! Biarlah kutemukan bahagiaku di dirimu!”

           Gadis manis itu terus mencari dan mencari, rerumputan pun turut merasakan kegundahannya. Entah apa yang ia cari. Hingga dari wajahnya terpancar kelelahan yang sangat dan sepertinya kekecewaan pun mengerubunginya. Kerlip-kerlip cahaya di pipinya mulai memudar. Tersirat setitik keputusasaan di wajahnya yang mulai lebam. Ia menjatuhkan dirinya menindih rerumputan yang juga mulai lelah berayun. Telapak tangannya yang mungil menutup wajahnya.

           Di atas sana, di langit yang semakin kelam, ada sesuatu yang menyaksikan kegundahan itu. Ia menatap penuh haru tanpa dapat melakukan apapun. Ia begitu mengerti perasaan yang menggores diri gadis manis itu.

           “Bintang, kenapa kau terus bersembunyi di balikku? Apa kau tidak melihat di bawah sana seorang gadis menanti dan mengharapkan kehadiranmu? “ ia- si awan hitam- menasehati Bintang yang terus bersembunyi di balik dirinya yang hitam pekat.

           “Apa kau tidak lihat kalau malam ini bulan pun tidak menampakkan wujudnya? Bagaimana aku dapat muncul bila bulan tak ada? “

           Kini si awan hanya dapat memandang gadis manis yang masih terduduk terpaku menanti munculnya sang bintang. Sang bintang masih saja tak tersentuh sedikitpun dengan perkataan-perkataan si awan hitam, ia juga tidak bisa merasakan kegundahan hati gadis manis itu.

           “Lalu, apa kau akan terus bersembunyi di balikku? Apa kau tega mengecewakan penantian yang telah menghabiskan banyak waktu dan kepercayaannya padamu? “

           
          Sang bintang terdiam membisu. Sepertinya ia mulai bisa merasakan apa yang dirasakan gadis manis itu. Dari wajahnya terlihat keinginan yang sangat besar muncul di kelamnya malam, namun ia masih meragu dalam hati. Apakah ia bisa tanpa bulan?

          “Bukankah kau bersinar dengan sinarmu sendiri? Pikirkanlah! Dengan setitik sinarmu kau telah menerangi hati seorang gadis yang telah dipenuhi oleh kegelapan yang pekat.”

          Sedikit demi sedikit, si awan hitam telah berhasil melunakkan keraguan sang bintang. Ia terus menghujani sang bintang dengan dukungan-dukungan dan menghilangkan keraguan hatinya.

         “Apa kau yakin dia membutuhkan sinarku? “ tanya sang bintang tak yakin.

         “Adakah keindahan lain di malam hari selain keindahanmu? Adakah keindahan lain di malam hari yang dapat tersenyum selain kerlip kecil cahayamu? “

          Kemudian sang bintang tersenyum dan terpancar keyakinan dalam dirinya untuk mengembalikan senyuman gadis manis itu.

          “Kalau begitu apa lagi yang kau tunggu? “ kata si awan hitam meyakinkan.

          Sang bintang pun menuruti perkataan si awan hitam. Perlahan ia mulai muncul dari persembunyiannya di balik awan hitam. Lalu, setitik cahaya menghiasi redupnya malam. Angin malam pun menyambut kemunculannya, rerumputan yang sejenak lelah berayun kembali. Gadis manis itu terus menutup wajahnya, tak lama ia mengangkat kembali wajahnya. Seketika ia melihat percikan cahaya menerangi peraduannya dan memantul indah di rerumputan yang kembali berayun. Begitu ia menengadahkan wajahnya ke atas , rasa takjub dan bahagia terpancar dari wajahnya dan perlahan senyuman menghiasi wajahnya yang masih saja lebam.

         Di sana, di atas sana, setitik kerlip kecil menebar sinarnya, tersenyum dan telah memadamkan kerlip-kerlip cahaya yang sedari tadi memenuhi wajahnya bagai sungai yang tak berhenti mengalir dari mata air. Malam yang kelam, kini menerangi kelambu-kelambu malam dan tersenyum indah menanti datangnya fajar.

         “Terima kasih, Bintang! “

            Gadis manis itu berlari menuju kebahagian yang akan melahirkan kepedihan-kepedihan baru dan mengantarnya kembali menuju Kerlip Kecil.


Banda Aceh, 2009 ******

Monday, April 4, 2011

PEOPLE & I SAY

People usually say,
"Somebody comes, another leaves.
Somebody leaves, another comes."

For me and I say,
"Somebody comes, so does another.
Somebody leaves, another does too."

Then, I'm alone,
and it's just OK ..





Friday, April 1, 2011

EMANSIPASI SEPERTI APA?


Beberapa hari yang lalu saat menjenguk teman yang sakit, Ririn. Ada satu pembicaraan yang membuatku tertarik untuk menulis artikel ini.

“Aku baca di salah satu artikel di internet soal tanda-tanda kiamat. Salah satunya, para perempuan udah mulai menggembar-gemborkan emansipasi, menuntut persamaan derajat dengan laki-laki”, itu katanya.

Sejenak aku sempat berpikir, ada apa ini? Mana yang benar dan mana yang salah? Karena aku juga mungkin bisa dikategorikan sebagai salah satu orang yang menjunjung tinggi emansipasi dan hak perempuan, karena memang aku adalah seorang perempuan!

Pembahasan lalu berlanjut ke analisa dan deskripsi yang lebih rinci. Hingga aku dan temanku sadar dan setuju kalau itu bisa saja menjadi salah satu tanda akhir zaman di samping banyak tanda lainnya yang telah diketahui oleh banyak orang.  Para perempuan dalam hal ini bukan saja ingin lepas dari penindasan dan terus dijadikan ‘boneka’ kekerasan, terutama bagi para pria, karena itu memang perlakuan yang  tidak seharusnya dilakukan terhadap perempuan, namun lebih dari itu! Menyalahi kodrat dan fitrah yang seharusnya mereka miliki dan jalani. Misalnya bisa dilihat dari tayangan harian sitkom “Suami-Suami Takut Istri” yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi nasional. Bagiku itu bukanlah tontonan yang mendidik, bahkan mengajarkan perempuan untuk beremansipasi secara sangat berlebihan. Setahuku, bukan seperti itu persamaan derajat yang diajarkan dalam agama Islam yang kuanut sekarang, lebih indah dari itu.

Persamaan derajat yang dimaksud adalah kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan perempuan dari siapapun, terutama para lelaki, tentu lebih sangat ditekankan pada ‘lelaki’ mereka masing-masing. Penafsiran yang salah tentang ayat-ayat yang menjelaskan tentang gender merupakan salah satu faktor besar yang menimbulkan anggapan-anggapan bahwa perempuan berada di bawah kekuasaan laki-laki. Padahal yang sebenarnya adalah bahwa masing-masing –laki-laki dan perempuan- memiliki anugerahnya sendiri. Namun memang Islam menjelaskan tentang kekhususan laki-laki sebagai wujud kelebihan derajat yang dianugerahkan Allah kepadanya. Setidaknya pemahaman itu yang kudapat dari mengikuti salah satu seminar tentang gender beberapa tahun yang lalu.

Kepemimpinan laki-laki atas perempuan dalam sebuah keluarga adalah salah satu kelebihan yang diberikan kepada laki-laki. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemmpinan yang memiliki arti menjaga, melindungi, menguasai, dan memcukupi kebutuhan perempuan. Memang sebagai konsekuensinya adalah dalam bidang warisan laki-laki mendapatkan bagian lebih banyak dari perempuan, karena laki-laki bertanggung jawab terhadap nafkah perempuan. Itu adalah anugerah. Beruntunglah para perempuan yang dapat memiliki pemimpin yang memahami persamaan-persamaan seperti itu, begitu juga perempuan! Perempuan pun harus memahami di manakah posisinya. Karena bagaimanapun juga persamaan yang dituntut, ada banyak perbedaan fitrah yang dimiliki perempuan dan laki-laki.

Dan satu hal lagi, berbicara soal persamaan derajat berarti kita juga berbicara mengenai keadilan. Apapun itu tidak pernah jauh-jauh dari keadilan, karena keadilan yang diinginkan oleh setiap orang itu berbeda. Secara fundamental itu pasti dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing individu, walaupun budaya dan kebiasaan juga sekarang dijadikan sebagai salah satu faktor adanya perbedaan makna mendapatkan keadilan. Perlu diingat! Kebiasaan dan budaya belum tentu bisa mewakili kebutuhan setiap orang, tapi itu terbentuk dari stereotype-stereotype yang pada akhirnya akan mengelompokkan perempuan harus seperti ini dan laki-laki seharusnya berbuat itu, bukan ini. Ribet dah! Akui saja lah kekurangan yang kita miliki wahai wanita, percayalah itu tidak akan membuat kita lemah!

Balik lagi ke persoalan tanda-tanda kiamat tadi, itu memang sudah seharusnya begitu. Sudah diramalkan oleh Al-Quran sebelumnya. Hanya saja, mungkin bagi kita para perempuan bisa sedikit memahami lebih jauh persamaan derajat dan emansipasi seperti apa yang harus kita perjuangkan. Diskriminasi, kekerasan, penindasan, penghinaan dan hal-hal yang merugikan lainnya yang harus kita tuntut keadilannya. Enggak mau juga kan kita disuruh jadi kuli bangunan karena katanya emansipasi? Belum apa-apa, kita uda keduluan ditimpa material-material bangunan, karena memang kita tidak mampu :)

"Kami ingin bebas, namun kami juga ingin dilindungi, maka lindungilah kami!"