Friday, April 1, 2011

EMANSIPASI SEPERTI APA?


Beberapa hari yang lalu saat menjenguk teman yang sakit, Ririn. Ada satu pembicaraan yang membuatku tertarik untuk menulis artikel ini.

“Aku baca di salah satu artikel di internet soal tanda-tanda kiamat. Salah satunya, para perempuan udah mulai menggembar-gemborkan emansipasi, menuntut persamaan derajat dengan laki-laki”, itu katanya.

Sejenak aku sempat berpikir, ada apa ini? Mana yang benar dan mana yang salah? Karena aku juga mungkin bisa dikategorikan sebagai salah satu orang yang menjunjung tinggi emansipasi dan hak perempuan, karena memang aku adalah seorang perempuan!

Pembahasan lalu berlanjut ke analisa dan deskripsi yang lebih rinci. Hingga aku dan temanku sadar dan setuju kalau itu bisa saja menjadi salah satu tanda akhir zaman di samping banyak tanda lainnya yang telah diketahui oleh banyak orang.  Para perempuan dalam hal ini bukan saja ingin lepas dari penindasan dan terus dijadikan ‘boneka’ kekerasan, terutama bagi para pria, karena itu memang perlakuan yang  tidak seharusnya dilakukan terhadap perempuan, namun lebih dari itu! Menyalahi kodrat dan fitrah yang seharusnya mereka miliki dan jalani. Misalnya bisa dilihat dari tayangan harian sitkom “Suami-Suami Takut Istri” yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi nasional. Bagiku itu bukanlah tontonan yang mendidik, bahkan mengajarkan perempuan untuk beremansipasi secara sangat berlebihan. Setahuku, bukan seperti itu persamaan derajat yang diajarkan dalam agama Islam yang kuanut sekarang, lebih indah dari itu.

Persamaan derajat yang dimaksud adalah kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan perempuan dari siapapun, terutama para lelaki, tentu lebih sangat ditekankan pada ‘lelaki’ mereka masing-masing. Penafsiran yang salah tentang ayat-ayat yang menjelaskan tentang gender merupakan salah satu faktor besar yang menimbulkan anggapan-anggapan bahwa perempuan berada di bawah kekuasaan laki-laki. Padahal yang sebenarnya adalah bahwa masing-masing –laki-laki dan perempuan- memiliki anugerahnya sendiri. Namun memang Islam menjelaskan tentang kekhususan laki-laki sebagai wujud kelebihan derajat yang dianugerahkan Allah kepadanya. Setidaknya pemahaman itu yang kudapat dari mengikuti salah satu seminar tentang gender beberapa tahun yang lalu.

Kepemimpinan laki-laki atas perempuan dalam sebuah keluarga adalah salah satu kelebihan yang diberikan kepada laki-laki. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemmpinan yang memiliki arti menjaga, melindungi, menguasai, dan memcukupi kebutuhan perempuan. Memang sebagai konsekuensinya adalah dalam bidang warisan laki-laki mendapatkan bagian lebih banyak dari perempuan, karena laki-laki bertanggung jawab terhadap nafkah perempuan. Itu adalah anugerah. Beruntunglah para perempuan yang dapat memiliki pemimpin yang memahami persamaan-persamaan seperti itu, begitu juga perempuan! Perempuan pun harus memahami di manakah posisinya. Karena bagaimanapun juga persamaan yang dituntut, ada banyak perbedaan fitrah yang dimiliki perempuan dan laki-laki.

Dan satu hal lagi, berbicara soal persamaan derajat berarti kita juga berbicara mengenai keadilan. Apapun itu tidak pernah jauh-jauh dari keadilan, karena keadilan yang diinginkan oleh setiap orang itu berbeda. Secara fundamental itu pasti dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing individu, walaupun budaya dan kebiasaan juga sekarang dijadikan sebagai salah satu faktor adanya perbedaan makna mendapatkan keadilan. Perlu diingat! Kebiasaan dan budaya belum tentu bisa mewakili kebutuhan setiap orang, tapi itu terbentuk dari stereotype-stereotype yang pada akhirnya akan mengelompokkan perempuan harus seperti ini dan laki-laki seharusnya berbuat itu, bukan ini. Ribet dah! Akui saja lah kekurangan yang kita miliki wahai wanita, percayalah itu tidak akan membuat kita lemah!

Balik lagi ke persoalan tanda-tanda kiamat tadi, itu memang sudah seharusnya begitu. Sudah diramalkan oleh Al-Quran sebelumnya. Hanya saja, mungkin bagi kita para perempuan bisa sedikit memahami lebih jauh persamaan derajat dan emansipasi seperti apa yang harus kita perjuangkan. Diskriminasi, kekerasan, penindasan, penghinaan dan hal-hal yang merugikan lainnya yang harus kita tuntut keadilannya. Enggak mau juga kan kita disuruh jadi kuli bangunan karena katanya emansipasi? Belum apa-apa, kita uda keduluan ditimpa material-material bangunan, karena memang kita tidak mampu :)

"Kami ingin bebas, namun kami juga ingin dilindungi, maka lindungilah kami!"

No comments:

Post a Comment