Thursday, April 14, 2011

UNTUK LELAKIKU

Ini bukan soal rasa takut kehilangan, karena aku tau semua yang ada akan tiada sesuai kehendak-Nya.
Tapi ini soal rasa sakit atas sebuah pengkhianatan, ya, aku menyebutnya pengkhianatan yang dilakukan untuk kesekian kali atas suatu ketulusan dan kesetiaan.
Aku bisa menerimanya jika itu adalah suatu pembalasan.
Bolehkah aku tau pembalasan untuk apa?
Bagaimana mungkin kau tega membalas sesuatu yang tidak pernah aku lakukan?
Bagaimana mungkin kau tega mendua sedang kau yang mengajarkanku arti sebuah kesetiaan?
Aku terus menjaganya hingga saat itu, hingga saat di mana gemuruh hati benar-benar mulai berkecamuk memuncak 'karena itu', karena suatu pengkhianatan itu, sakit, perih!
Bahkan hampir hilang ruh ini, hilang tanpa arah.
Tapi bersyukur karena tanganku masih mampu menenangkan hati ini, mengusap-nya pelan namun terasa sedikit damai.

Kau tau, karenamu aku berusaha menjadi manusia yang baik dan berguna,
karenamu aku mengeri apa arti kesetiaan dan ketulusan,
karenamu aku menikmati dan memahami arti perjuangan dan pengorbanan,
karenamu aku menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan walau keadaan memisahkan kita,
dan karenamu pula aku terjatuh, rapuh, merasakan kesakitan yang luar biasa hebatnya.
Kau tau kenapa?
Itu karena rasa cintaku padamu setiap hari tumbuh semakin besar.
Rasa sakit ini tidak mungkin aku alami dan rasakan jika aku hanya sekedar mengagumimu,
ini juga tidak mungkin terjadi jika aku tidak benar-benar mencintaimu.
Dan kau benar-benar telah berhasil menghancurkannya.

Kau yang telah menanamkan perasaan ini padaku, jika kau memang benar-benar sadar akan hal itu,
dan kau pula yang menjadikannya keping-keping rapuh yang teramat rapuh.
Aku sangat mencintaimu!
Tidakkah kau sadar itu?
Aku memang hanya seorang wanita yang cenderung ingkar, namun cinta ini tulus padamu.
Aku memang hanya seorang pelacur dunia, tapi tidakkah aku berhak atas suatu perasaan suci?

Sekali lagi ini bukan hanya soal rasa, tapi soal kesetiaan dan ketulusan.
Aku benci pengkhianatan, bahkan tuhan pun membencinya.
Aku berusaha memahami, tapi kau tidak!
Aku berusaha menjagamu karena kau selalu dapat meyakinkanku bahwa kau juga mencintaiku.
Tapi tuluskah itu?
Atau hanya sebuah kepuasan atas  keangkuhanmu?
Ingat lelakiku, di atas langit masih ada langit lain yang lebih tinggi.
Atau apakah mungkin karena kau tau cintaku padamu terlalu besar, lantas kau memasungku dalam perasaan itu?
Kau salah!
Aku memang mencintaimu, tapi aku lebih mencintai Tuhanku.
Entahlah, aku tidak pernah meragukanmu, tidak pula menyalahkanmu, hanya saja kau benar-benar telah menghancurkanku.

No comments:

Post a Comment